Selasa, 16 September 2014

Hidup

Hidup adalah proses dimana kita belajar untuk menghargai dan mensyukuri apa yang kita punya, hidup bukan sekedar "makan apa ya hari ini?" atau "hari ini enak jalan kemana ya?". Hidup adalah tentang kebaikan yang engkau berikan pada orang lain. Hidup adalah dimana kita berbagi makanan kita. bukan karna kita kaya atau banyak makanan, tapi karna kita tau rasanya saat kita tidak memiliki.

Hidup adalah dimana saat kita terjatuh kita akan berdiri lagi
Hidup adalah dimana saat kita kalah kita mencoba lagi
Hidup adalah dimana saat kita gagal kita bangkit kembali...

Hidup akan berakhir saat Tuhan berkata "waktunya pulang". Bukan saat kita putus cinta, bukan saat kita ditinggal orang yang kita sayang. Selama Tuhan belum nyuruh kita pulang. Kita harus tetap berdiri tegak membusungkan dada. Lawan dunia dengan kemampuan. jangan lupa bahwa Tuhan selalu berada disamping kita, Dia akan selalu memberikan pertolong pada hambanya yang membutuhkan. Amin.

Teman Tongkrongan

Biasanya dalam hidup selalu ada yang namanya berteman atau persahabatan, ga mungkin setiap cewe atau cowo ga pernah kumpul atau hangout bareng temen temennya. Nah dalam hal ini ada yang pengen gw bahas sedikit tentang "pertemanan" atau "persahabatan". dalam hal pertemanan kita pasti pernah ngerasain hal yang penuh kenangan dan hal hal yang bikin ga enak.

Pernah ga sih kita ngomongin temen kita yang ga ada ditongkrongan, pasti pernah dong, bullshit bangat kalo ga pernah mah. ada aja hal yang kita ngomongin atau kita umbar kejelekan temen satu tongkrongan kita. Dan rasanya itu, entah kenapa kurang asik atau kaga berasa nongkrong kalo belum ngomongin temen kita sendiri. entah itu kejelekannya atau tentang kebaikannya, cerita konyol pasti kita omongin selama orangnya kaga ada. atau cerita tentang seseorang yang entah siapa, kita pasti ceritakan karna si entah siapa itu melakukan hal yang "mungkin" lucu yang "seru". Jadi belum berasa nongkrong atau belum berasa punya sahabat kalo belum kita umbar kejelekannya dia. hahahaha......

Selasa, 26 Agustus 2014

Persepsi 2

Cinta.. kebanyakan orang sih bilang cinta itu antara kamu dan aku. Tapi bagi gw cinta itu adalah "kamu berada 1 shaf dibelakangku", menurut gw sih begitu... cinta kata orang itu ga mandang siapa... tapi bagi gw cinta itu adalah jaga pandangan dari yang lain...

Persepsi tentang cinta setiap orang mungkin beda beda, memang dasarnya seperti itu, manusia dengan pemikiran uniknya. so.. jangan terlalu merasa sombong dengan persepsi yang kita punya... toh pada akhirnya kita hanya memiliki satu cinta dan satu tujuan.

Senin, 19 Mei 2014

AKU

Aku. Layakkah aku untukmu, seorang begundal yang tak punya apa-apa,
Aku seorang pria yang lesuh yang menantang hidup, berjudi dengan impian.
Aku berjalan dipanasnya mulut para petinggi nasib, yang mengaku sebagai raja dari kehidupan.
Aku bukan siapa siapa untukmu, tapi kamu adalah segalanya untukku. bersamamu bukan hal yg kuinginkan tapi bersamamu adalah cita-citaku.

Aku memilihmu karna kamu adalah pohon senja yang menyejukan, embun pagi yang menyegarkan.
Aku akan tantang dunia untuk menggapaimu. Ku taklukan emosiku untuk bisa memegang tanganmu

Sungguh cintaku untukmu tulus dari hati ini...
bukan karna parasmu yang cantik bukan juga karna harta yang kau miliki
aku hanya ingin kamu menjadi ibu dari anak anakku kelak
membahagiakanmu dan anakku adalah alasan kenapa Tuhan menciptakanku.

Minggu, 09 Februari 2014

Engkau

Harusnya dibelakang punggungmu itu terlihat sayap yang cantik, bukan sebuah awan kelabu yang hinggap disana.
Harusnya engkau terlihat ceria di usia yg sekarang, engkau bukanlah boneka dari nafsu keserakahan manusia. Yang dirasakan orang lain memang terlihat indah, namun aku tau engkau menangis dalam hati, ingin mengakhiri semua derita ini. Ingin rasanya aku membantumu, membawamu pada dunia yang penuh warna melihatmu mengepakan sayap dipadang rumput. Serta menjadikanmu permaisuri diistana cintaku. Namun apa daya aku hanya seekor lalat yang sayapnya patah satu. Maafkan aku yang hanya bisa melihatmu dari kejauhan.

Senin, 09 Desember 2013

Persepsi

           Dia datang lagi. Nampaknya pegawai baru yang akan selalu naik angkot yang sama. Angkot yang kutawarkan kepada pejalan kaki yang melintas, meski banyak angkot dengan jurusan yang sama yang ngetem di sepanjang jalan itu. Modal kerjaku tak perlulah ilmu. Hanya suara lantang yang semoga tak kunjung habis. Dengan uang yang kudapat, sesekali kubelikan minuman yang mampu membuatku terbang melayang. Sekedar membuatku lupa kepada kenyataan. Kalau lapar, ya kubelikan makanan seadanya. Yang penting terganjal perut ini.
            Tepat seperti yang kupikirkan. Wanita muda itu memang naik angkot yang kutawarkan dengan suara keras-keras setiap hari. Dia berbeda. Lumayan manis, tapi sombong. Pernah sekali aku nebeng naik angkot yang kutawarkan itu. aku duduk berseberangan dengannya. Dia suka duduk di pojok belakang. Aku merasa kalau dia jijik kepadaku. Tampilanku memang kumal. Kulitku sawo matang. Badanku kurus. Beberapa gelang karet memeluk pergelangan tanganku. Dan aku tak pakai minyak wangi. Mungkin dia jijik.
            Aku berjodoh dengannya atau bagaimana. Kami bertemu di angkot jurusan lain. Angkot yang bukan menjadi sumber penghasilanku. Aku tak berteriak-teriak dan menawarkan orang-orang untuk naik. Aku hanya nebeng. Aku bohong. Aku memang berniat mengikutinya. Hanya ingin tahu saja rumahnya dimana. Hm, dia turun di suatu pertigaan. Aku tak begitu jelas melihat rumahnya. “Mungkin juga yang itu.” pikirku. Selama perjalanan seangkot dengannya, aku masih merasa dia tak nyaman. Seperti jijik. Aku sempat senyum kearahnya, tapi dia tak balas senyumanku. Aku jadi terhina. Sombong sekali dia.
            Kali ini mungkin aku memang berjodoh dengannya. Kami bertemu lagi dipagi hari, saat waktu yang tidak kurencanakan untuk bertemu dengannya. Kali ini dia benar-benar menghindariku. Dia tak jadi duduk di belakang, malah ke depan untuk duduk di sebelah supir. Mungkin dia takut. Padahal aku tak berniat jahat. Dan itu mengubah segalanya. Wanita muda itu, sesekali naik angkot yang lain jika melihatku menawarkan angkot dengan jurusan yang sama, makanya, aku tak pernah benar-benar menawarinya naik. Terlanjur makan hati, dan jadi gengsi kepadanya. Hanya sesekali dia naik angkot yang kutawarkan. Dengan muka cuek se cuek cueknya. Sombong sekali dia.
            Aku masih berteriak-teriak mengajak orang yang lalu lalang naik angkot yang kutawarkan, saat kenyataannya, wanita muda itu memang mengatakan dari dalam angkot “Jorok banget sih.”


Karya Dyah Perwitasari

Kamis, 26 September 2013

Akhirnya gue harus menyerah

"...aku nggak bisa jadi pacar kamu, aku udah berusaha ngeyakinin hati aku buat kamu, tapi aku tetep nggak bisa.."
"ak..ak..aku..bukan ngga cinta sama kamu, bukan ngga sayang, aku sayang banget sama kamu..."
"aku ngga tau harus berbuat apa sama perasaan aku... aku juga ngga mau nyakitin kamu... Tut..tut..tut.."



Begitulah akhir percakapan gue, jawaban yang akhirnya gue terima dari sebuah harapan yang gue tunggu. Jawaban akhir dari semua pertanyaan gue yang selama ini. Tak pernah sedikitpun gue bayangkan bahwa semua harus seperti ini, berakhir dengan kehampaan. Bukan...bukan...gue bukannya putus asa sama yang beginian. Kenyataan emang tidak sesuai harapan, tapi gue bisa menerima segala keputusannya, semua memang tak bisa dipaksakan, yah mungkin salahnya ada di gue, dan gue paham itu. Gue terlalu ceroboh, berusaha masuk dicelah celah hatinya, terlalu awal impian gue. Terlalu pagi untuk pergi berlari mengejar sesuatu yang masih terlihat jauh. Pahit memang, tapi begitulah kenyataannya dan gue harus nerima itu. Sekali lagi, nerima semua kekalahan gue. Peperangan yang seharusnya ngga gue mulai, berakhir dengan kekalahan gue.





Saat ini gue memang sedang  berada dibawah tapi bukan berarti gue harus berkecil hati, gue hanya menikmati kekalahan gue. Dan gue yakin, gue bisa bangkit kembali. Ini bukanlah medan peperangan yang asing buat gue. Langkah gue hanya terhenti untuk sejenak. Mungkin gue hanya sedikit untuk berubah, yup!! BERUBAH, bukan berubah jadi ksatria baja hitam atau power ranger. Mungkin kedepannya akan ada sedikit perubahan dalam hal sikap terutama dia ke gue, tidak seperti sebelumnya dan gue yakin itu. saat ini gue hanya berusaha menikmati kekalahan gue dan berusaha membunuh rasa cinta gue kedia, cinta yang dulu dia pernah bilang untuk tidak membunuhnya. Akhirnya gue harus menyerah.